Kedudukan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat dalam Sistem Perundang-Undangan Indonesia Pasca Amandemen Undang-Undang Dasar Tahun 1945

Saputra, Desva Eka (2018) Kedudukan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat dalam Sistem Perundang-Undangan Indonesia Pasca Amandemen Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Master thesis, Universitas Internasional Batam.

Preview	Text t-16105227-abstract-en.pdf Download (163kB) | Preview
Preview	Text t-16105227-abstract-id.pdf Download (186kB) | Preview
Preview	Text t-16105227-bibliography.pdf Download (371kB) | Preview
Preview	Text t-16105227-chapter1.pdf Download (768kB) | Preview
Preview	Text t-16105227-chapter2.pdf Download (1MB) | Preview
	Text t-16105227-chapter3.pdf Restricted to Repository staff only Download (369kB) | Request a copy
	Text t-16105227-chapter4.pdf Restricted to Repository staff only Download (5MB) | Request a copy
Preview	Text t-16105227-chapter5.pdf Download (506kB) | Preview
Preview	Text t-16105227-cover-id.pdf Download (84kB) | Preview

Abstract

Penelitian ini meneliti tentang kedudukan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat dalam sistem Perundang-undangan Indonesia dimana setelah terjadi perubahan atas hukum dasar negara, mengakibatkan isi dari produk hukum Majelis Permusyawaratan Rakyat tidak lagi dapat memuat isi materi yang bersifat mengatur sehingga kedudukan produk hukum Majelis Permusyawaratan Rakyat didalam sistem ketatanegaraan Indonesia hanya dapat mengeluarkan produk hukum yang bersifat penetapan. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwasanya produk hukum ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat tidak lagi dapat dikategorikan sebagai peraturan perundang-undangan dikarenakan Produk hukum yang lahir dari rahim Majelis Permusyawaratan Rakyat setelah perubahan atas hukum dasar yang berlaku di Indonesia tidak lagi memiliki kekuatan yang mengikat secara umum melainkan hanya bersifat enimalig dan pinal. ********************************************************************** This study examines the position of the Decree of the People's Consultative Assembly in the Indonesian Legislative System where after changes to the basic laws of the country occur, the contents of the legal products of the People's Consultative Assembly can no longer contain regulated material content so that the legal product of the People's Consultative Assembly is in the system. Indonesian state administration can only issue legal products that are stipulating. The results of this study explain that the legal product provisions of the People's Consultative Assembly can no longer be categorized as legislation due to legal products born from the womb of the People's Consultative Assembly after changes to the basic laws that apply in Indonesia no longer have binding strength in general but only enimalig and pinal.

Actions (login required)

View Item